Wua Ta'a, Antara Budaya dan Ekonomi

SUARAMATAHARI,  Wua Ta'a adalah salah satu produk lokal yang bernilai budaya dan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Sikka. Dalam bahasa Indonesia, Wua Ta'a berarti Siri Pinang.

Dapat diperkirakan bahwa 90% perempuan-perempuan (Ibu-Ibu) di desa-desa se Kabupaten Sikka mengkonsumsi Siri Pinang. Sebagian mereka menyebut makan Siri Pinang untuk menguatkan gigi dan  menghilangkan kantuk. Tapi bukan untuk kenyang atau gemuk. 

Dari sisi budaya adat istiadat, siri pinang menjadi salah satu alat pelengkap dalam urusan adat, belis. Pihak lelaki wajib membawa siri pinang saat masuk minta/pertunangan dan juga antar belis. Hal ini sudah mengakar dan menjadi turun temurun.

Dari sisi ekonomi, siri pinang dapat menopang ekonomi rumah tangga masyarakat. Nilai atau harganya cukup mahal pada musim tertentu seperti musim kemerau atau disaat produksi siri pinang berkurang. Konon, banyak warga dapat membangun rumah dan membiaya anak mereka sekolah dari hasil penjualan Siri Pinang. Masyarakat lain dapat membeli kuda atau ternak lain. Selain untuk urusan belis, juga untuk kebutuhan rumah tangga.

"Dahulu, saat masih sekolah, Admin pernah berjualan Siri Pinang ini dengan cara memetik sendiri dan menjual di berbagai pasar. Pasar Lela, Pasar Nangablo, Pasar Lekebai dan Pasar Maumere. Memang karena orang tua Admin adalah petani yang sering mengunjungi pasar untuk menjual hasil pertanian dan perkebunan. Menjadi fakta sejarah adalah ketika hendak wisuda, Admin masih sempat menjual Siri Pinang. Salah satu pasar yaitu Pasar Naikoten Kupang. Lumayan bisa menambah biayai acara makan-makan bersama kawan-kawan".

Karena itu, tidak sedikit masyarakat di pedesaan menanam siri pada pohon-pohon besar yang dapat dipetik secara gampang. Kebanyakan mereka terlihat berani memanjat pohon-pohon besar hingga menggapai di dahan-dahan pohon yang terdapat siri. Sedangkan urusan Pinang, dapat tumbuh sendiri dan juga dapat ditanam. Hingga saat ini masyarakat terus menanam dan merawat siri dan pinang. (Admin).
Share:

Goyahnya Negeriku


Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan negeri kita
Tanah air tercinta
Banyak cerita dan perkara

Putus usia
Karena secangkir kopi sianida
Batin terluka
Karena motivator menyangkal anaknya
Ormas bertindak sesukanya
Bak gulungan kapas di tengah padatnya ibu kota

Terlintas sepenggal tanya
Sampai kapan ini terjadi???
Sekelumit tragedi
Di atas bumi pertiwi

Wahai para petinggi negeri
Turunkan sedikit rotasi kepalamu
Lihatlah!!!
Betapa meriahnya problematika ini

Lagi dan lagi…
Terlintas sepenggal tanya
Israel dan Palestina
Apa nasib kita seperti mereka??
Atau seperti Korea Selatan dan Korea Utara??
Yang terlahir dari rahim yang sama
Tetapi saling perang antar saudara
Mungkin kita terlalu sibuk
Sehingga lupa akan perjuangan para leluhur
Yang rela memberi nyawanya
Demi memperjuangkan bangsa ini

Indonesia
Negeri pertiwi dengan macam-macam
Suku, budaya dan agama
Namun sayang
Sebagian penghuni negeri
Ingin menghancurkannya

Sebagian orang mempunyai mimpi
Tuk menjadikan negeri ini baik seperti mimpinya
Sebagian orang mempunya ambisi
Tuk menjadikan negeri baik seperti diingini

Kami generasi negeri
Punya hak menjaga bangsa
Dari tangan-tangan makluk kotor dan keji
Yang tak punya hati dan ingin mengubah bangsa ini

Kami tak mau menghakimi
Apalagi membalas dendam
Kami bertindak tanpa dendam
Kami bertindak dengan kasih

Mendoakan…
Itu yang dapat kami lakukan
Untuk mereka sang pejuang kehancuran negeri ini

Haruskah pandangan Indonesia diganti??
Bukan lagi Bhinneka Tunggal Ika
Melainkan kekerasan dan Sara?
Tentu tidak!! Indonesia mutlak!!

Yustina Lero, Ketua Osis SMK Yohanes XXIII Kelas XI
Puisi ini sudah dibacakan dalam momentum Hari Bela Nusantara Di Maumere.
Share:

Untuk Kesekian Kalinya

SUARAMATAHARI-Untuk kesekian kalinya. Ini mestinya tidak ditulis tapi karena masih hidup maka harus ditulis. Menulis adalah menuangkan apa yang ada dalam pikiran sendiri, pikiran orang lain atau menulis atas peristiwa atau momentum yang dilewati. 


Ini hanya sebuah tulisan oleh pikiran yang baru saja terganggu dan terlintas beberapa detik yang lalu. Iya, kurang lebih 3 menit yang lalu. Masih hangat, panas bahkan menyakitkan. Hidup memang tidak mudah berlalu begitu saja seperti yang dipikirkan banyak pejabat bermental pemeras dan korup. Semuanya gampang dan berfoya-foya. 


Hidup itu sangat muda apabila bersama-sama dan bersatu. Baik dalam pikiran, pekerjaan, iman dan tekad serta keberanian. Hidup tak didukung pekerjaan maka akan berjalan pelan. Tak didukung penghasilan maka akan lesuh. Tak dibekali iman maka lemah. Pelan, lesuh dan lemah menggerogoti kita apabila kita tidak berjuang sendiri. Kita mesti sendiri dan tak boleh sandarkan harapan pada orang lain. 


Tak mengharapkan pada orang lain artinya harus kerja keras tanpa menunggu rasa belas kasihan dari orang lain. Karena orang lain pun jenuh melihat kondisi yang ada dan terjadi dalam hidup kita. Silakan tinggalkan dan pergi serta berjuanglah untuk maju dan perkuat hidupmu. 


Jangan berharap pada orang, saudaramu sekalipun. Karena ia pun memiliki rambut dan kuku yang membutuhkan biaya untuk kebersihan. Kawan, engkau harus kuat dan tegar menghadapinya. 

Jangan pernah engkau katakan berhenti berjuang ketika generasi yang engkau lahirkan telah bertunas dan bertumbuh subur. Pastikan semua hasil perjuangan adalah banjir keringat yang telah membasahi tubuh dan kain yang melilit di ragamu. Tuhan tak mungkin lupa atau menutup mata pada setiap langkah umatnya yang rendah hati, jujur dan berbagi kasih. (Admin)
Share:

Pages

Generasi Muda

Generasi Muda

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

KRISTUS RAJA

KRISTUS RAJA