Belajar Dari Azizah

SUARA MATAHARI,-Kalau ada yang menajiskan fenomena Azizah terhadap politik, saya malah sebaliknya. Fenomena ini sangat politis (politik kesejahteraan).
Betapa tidak, ditengah krisis solidaritas yang demikian masif di seantero sub-etnik di kabupaten Sikka, Azizah kembali mengingatkan bahwa gotong-royong,  sudan-sogor, sako-seng, topo-no, suru-pudi, hiro-heling, kesa-wor dan lain-lain frasa kata progresif (Sikka, Krowe, Lio, Tana Ai, Palue) masih penting untuk diaplikasikan. Karena, tanpa itu mana mungkin hasrat kita
terpenuhi.
Semua yang pernah kita miliki sebelumnya ini, secara sistematis telah terkikis oleh peradapan moderen. Kita menjadi begitu tergantung pada pihak lain ketika menghadapi masalah pembangunan, pada hal ada kearifan lokal yang tersedia.

Kita begitu cepat menyatakan tidak mampu ketika diajak berkontribusi untuk kepentingan bersama di kampung kita, pada hal kita punya sumber daya alam yang cukup.
Kita begitu gampang mencurigai sesama kita, pada hal dari mereka sesungguhnya kita mendapatkan dukungan. Kita begitu gampang menyalahkan orang lain, pada hal kita punya cara tersendiri nan arif untuk menyelesaikan masalah kita. Kita tidak gampang mendukung seseorang dalam karier politiknya kalau tidak mendapatkan sesuatu atau janji-janji tertentu, pada hal kita pemegang kedaulatan teringgi.

Banyak orang termasuk saya yang sering berinteraksi dengan pergerakan massa melihat fenomena ini sungguh mencengangkan. Karena, Azizah memiliki daya kohesi yang luar biasa. Orang Kabupaten Sikka yang berada di Sikka maupun di luar, yang dicap pendatang maupun yang mengaku asli, yang berbeda-beda agama semuanya bersatu padu dalam harapan yang sama.

Litani ketidak-mampuan orang miskin yang sering kita hadapi dalam keseharian terdengar senyap. Tidak ada satu-pun yang dipaksakan dan mengeluh karena telah mengirimkan SMS, walaupun biayanya tidak biasa. Saya, Ibu dan saudara-saudara saya termasuk di dalamnya.
Mungkin terlalu dangkal disimpulkan sebagai bangkitnya partisipasi/solidaritas sejati seperti yang pernah dialami peradapan sebelumnya. Tapi tidak salah juga kalau kita berharap, pengalaman ini tertular dalam solidaritas lanjutan di komunitas kita masing-masing.

Mulailah dari yang pernah ada dan dimiliki untuk melawan penyesatan makna dan daya pikir. Bangkitkan kesadaran kritis bersama untuk memaksimalkan kapasitas dan perannya masing-masing dalam aksi kongkrit. Sikka akan demikian kuat dan semakin kuat kalau keindahan yang pernah dialami bersama Azizah itu langgeng pada jejak-jejak selanjutnya. (John Bala).
Share:

No comments:

Post a Comment

Pages

Generasi Muda

Generasi Muda

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

KRISTUS RAJA

KRISTUS RAJA