Usai Konser Rohani di Spiritu Santo Misir Mereka Berpose

SUARA MATAHARI-Sahabat semua. Kemarin Natal 2015 25 Desember. Hari ini Natal ke II 26 Desember 2015. Libur dulu bersama keluarga. Iya, jangan suka mabuk berlebihan terus lupa kalau sudah mabuk. Makna Natalnya nanti hilang dibawa kabur alkohol. Ok?

Sahabat pembaca blog ini, ini foto-foto umat dari Lingkungan Aloysius Misir Barat (L.AMB). Mereka berpose setelah dipercayakan tanggung koor pada misa ke II hari Natal. 

Mewakili umat Lingkungan Aloysius Misir Barat, Admin mau beritahu kalau hari ini Natal ke II. Iya hari ini Natal ke II. Syukur kalau Natal ke II ini ke gereja juga, kalau tidak ya di rumah saja atau kunjung keluarga atau ke rumah sakit. Siapa tahu ada keluarga yang sakit sana. Doakan saja semua orang yang sakit, berbaring lemas bisa sehat dan berbahagia bersama kita semua. 

Ya sudah. Natal ke- II. Selamat ya…






































Share:

Natal 2015 & Lingkungan Aloysius Misir Barat










Share:

“Seandainya Orangutan Jadi Kontraktor”

SUARA MATAHARI-Sahabat pembaca blog ini tentu tak habis berpikir dan menemui jawabannya. Masa Admin menulis judul “Seandainya Orangutan Jadi Kontraktor”.  Gila benar. Iya, itu judul memang tak masuk akal tetapi itulah cara membuat judul yang selalu mengundang rasa penasaran pembaca.

Coba dibayangkan saja kalau orangutan jadi kontraktor. Iya tentu dia harus mengikuti atau memenuhi segala pesyaratan seperti lasimnya manusia biasa yang sehat dan normal yang memahami undang-undang.

"Oranghutan" ini harus mengikuti tender hingga menang tender. Kalau tak mengikuti tender berarti dia harus melobi kegiatan kecil-kecilan agar dapat bernafas di tengah hutan dan merayakan perdamaian bersama alam atau rumahnya.

Suatu hari orangutan ini mendapat kegiatan yang diberikan oleh bosnya. Tentu bosnya juga "orangutan" yang sedikit memiliki kelebihan untuk mencari keuntungan. Si orang utan ini mengerjakan jalan di kampung halaman bosnya. Ia berhasil mengerjakan jalan-jalan itu dengan kualitas yang diacungkan jempol oleh bosnya. Jalannya mulus dan sangat disukai oleh “teman-teman” bosnya serta warga hutan yang melintas di sana. Warga hutan ini bangga pada pelaksana kegiatan yang adalah orang hutan tersebut.

Beberapa hari kemudian bertepatan dengan hari Natal, bukan orangutan melintas di ruas jalan yang dikerjakan orangutan. Bukan orangutan ini berkata (bertanya) dalam hati. “Siapa eee yang kerja kegiatan ini. Kok bagus sekali, mulus dan kuat. Penasaran. Ia berusaha mencari bukan orang utan lainnya untuk mengetahui pelaksananya. Ketemulah dia dengan bukan orangutan lainnya bernama Woki.

Karena hari Natal mereka saling memberi salam. “Selamat Natal untukmu Dua Woki. Selamat Natal juga”. Maaf, Dua Woki, saya mau tanya, jalan di atas siapa yang kerja, tanyanya kepada Woki. Saya tidak tahu, saya hanya dengar ada cerita kalau jalan di atas dikerjakan “orangutan”.

‘Mana mungkin orangutan yang kerja kok bagus begitu. Manusia normal saja sulit kerja bagus begitu. Mana mungkin orangutan bisa kerja kualitas baik begitu. Luar biasa sekali. Saya harus cari tahu dan ketemu orangutan itu. Saya mau cerita-cerita dengan dia sekaligus merayakan Natal Bersama’ sambungnya meyangga jawaban Dua Woki. (Admin) Bersambung…


Bagi sahabat yang telah membaca dan berada di daerah yang dihuni orangutan sampaikan salam Natal dan untukmu kusampaikan Salam Damai Natal Sekelurga  Diberkati YMK  
Share:

CUKUPKAN DIRIMU


SUARA MATAHARI-Cukupkan diri dengan gajimu. Jangan merampas hak rakyat atas pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana yang bermutu,   kesejahteraan umum dan kehidupan layak. Kalian sudah diupah untuk melayani rakyat. Jangan merampok negara. Jangan membuat program di dinas dan instansi untuk mengeruk APBD, menilep APBN, dengan pertama-tama memikirkan berapa banyak yang kalian peroleh dari sebuah proposal yang diterima dewan perwakilan rakyat.

Mestinya sekolah-sekolah dan rumah sakit-rumah sakit tidak hanya bersahabat dan ramah terhadap orang berpunya saja. Tapi juga terhadap para nelayan dan petani yang berjerih lelah menyediakan makanan bagi para gubernur, bupati, kepala dinas dan pegawai negeri.

Apapun pekerjaan kita, cukupkan diri dengan upah kita. Para pastor juga harus bekerja keras memberdayakan umat secara rohani dan materil. Jangan hanya berdoa saja, dan bersemangat memotivasi umat untuk mendonasi lebih banyak dan banyak lagi. Bila direnung-renung, "tagihan" dari agama lebih banyak daripada negara. Paling hanya sekali setahun bayar pajak.


Pesan ini ditulis Dominggus Koro melalui akun FBnya mengutip pesan Rabbi Yohanes Pembaptis di Minggu ke-2 masa Advent. (Admin). 

Share:

"Pahlawan"

SUARA MATAHARI-Mereka adalah "pahlawan". Pahlawan masa lalu untuk masa depan. Pendahulu perjuangan, perjuangan mencetak generasi perjuangan. Mereka berjuang demi masa depan anak cucu. 

Kini mereka telah tiada. Hanya nama yang ditulis sang pengukir di batu nisan. Mereka telah pergi tinggalkan anak cucu lanjutkan perjuangan. Perjuangan keluarga besar yang telah ditanamkan sejak dulu. Semoga cita-cita luhur mereka dapat diterima YMK. 


Kerendahan hati dan kesabaran dititipkan pesan agar menjadi fondasi membangun kemenangan bersama Bumi (alam), Adat dan Allah. Allah Tri Tunggal Maha Kudus menuntun semangat "keringat" yang meluncur deras. Meluncur menuju bukit cita-cita "menghirup secara merdeka udara alam. 








Share:

Kutulis Cerita Gempa Di Kampungku 121292

Gunung: Iligai, Newa dan Weker
SUARA MATAHARI-Ketika itu saya berada di kelas II SD. Bersama teman-teman sudah pulang dari sekolah. Seperti biasa saat tiba rumah saya lalu makan siang. Saat  itu saya tak menemui orang tua. Mereka sedang berada di kebun. Hanya seorang saudari yang sedang terbaring lemas karena demam menyerangnnya. Sedangkan saudara yang lain berada di Kota Maumere.  

Kala itu, di kampungku lagi ramai dengan permainan yang dalam istilah anak-anak kampung disebut “kelereng”. Permainan itu menggunakan kemiri. Saya kemudian pergi ke rumah Roly, teman sekelasku. Rumahnya lebih dekat dengan kaki gunung iligai. Setiba di rumah, saya mencari alat permainan (kemiri) berdiameter besar.

Bersama Roly, kami tak bermain lama. Pukul 14:00 wita, tiba-tiba saja terasa getaran besar. Roly bersama tetangga keluarga Anton yang tinggal dikeliling bukit ini mencari tempat yang aman. Guncangan itu berhenti saya lalu pulang dan menghampiri rumah Arnoldus, teman SD lainnya, tetangga dekat kami.

Bersama Arnoldus, kami bermain kelereng di halaman rumah. Guncangan gempa itu datang lagi dengan skala besar. Guncangan diketahui ketika saya melihat rumah Arnoldus roboh, rata dengan tanah. “Aduh kawan, kenapa ini” tanyaku.

Nodus temanku berteriak “Ami noran, ami noran ami noran (kami ada)”. Itu kebiasaan orang di kampungku menyambut guncangan gempa. Edo (gempa) kawan. Seiring dengan itu, batu besar yang berada di samping timur rumah Nodus meluncur ke bawah kali mati. Wuih kawan, ayo kaburrrr! Semua orang mencari tempat yang aman. Saya bersama Nodus dan saudaranya menuju pemukiman. Kami memilih melintasi bukit untuk menjauhkan diri dari longsor dan batu-batu besar yang meluncur dari ketinggian.

Di sana, di tengan pemukiman, di rumah adat, orang di kampungku sudah berkumpul sejak tadi. Tak satupun keluargaku (orang rumah) di tempat ini. Kutemui seorang teman namanya Paseli. Dengan spontan kami bercerita. “Kawan kita punya sekolah bagaimana” tanyaku. Aduh kawan, kita punya sekolah rata dengan tanah. “Bagaimana dengan bola dan ruang kita” sambungku. Semua rata kawan, kau jangan tanya lagi. “Ai kawan, nanti kita sekolah di mana” tanyaku lagi. Itu sudah kawan, saya juga tidak tahu, jawab Paseli cuek.


Bersama Paseli kami terus bercerita. “Kawan tahu saya punya bagaimana” tanyaku. Saya tadi lewat di sana, rumahmu masih berdiri tidak roboh. Mungkin sekarang sudah rata dengan tanah.


Guncangan terasa terhenti sejenak. Saya memberanikan diri pulang ke rumah. Apalagi tadi saudariku sedang sakit dan terbaring dalam rumah. Saya menemui dua rumah kami sudah hancur. Yang satu rata dengan tanah sedangkan satunya lagi mengalami kemiringan 60%. Saudariku tak kelihatan di sekitar rumah.

Syukur, ternyata sebelum gempa, saudariku sudah bangun dan pergi ke tetangga meninggalkan rumah. Tetangga dekat adalah bapak kecilku. Waktu itu dia pun sedang tidur tapi dibangunkan oleh saudara sepupuku dengan maksud menggunting rambut.

Ketika gempat tadi mereka semua mengamankan diri di ketinggian. Sebuah bukit kecil yang berada tak jauh dari rumah kami. Ke-2 orang tuaku pun di sana bersama saudari yang lain. Sedangkan saudaraku yang lain pun selamat berada di kota. Selamat, selamat dan kami semua selamat berkat pertolongan YMK. Keluarga keturunan Marodinong/Maro Bela Nita Puan semuanya selamat.


Tempat Kami Berlindung 92
1 Meninggal, 1 Patah Tulang

Di kampungku, ada seorang ibu, petani kebun meninggal dunia. Sedangkan seorang lainnya mengalami patah tulang.  Saat gempa ibu petani ini sedang berada di kebun. Dia sedang membersihkan rumput di kebun padi yang berada di kemiringan tanah. Kejadian itu menimpanya ketika dia baru saja pulang maka siang di rumah. Ketika tiba di kebun, baru saja memasuki kebun, guncangan gempa datang. Batu-batu besar meluncur dari atas bukit dan menghantam kepala ibu. Terguling ke dekat jalan, tepat di dekat pohon kakao, di samping pohon salak.

Dia ditemui tak bernyawa dengan kepala bocor. Ibu yang biasa dipanggil Du’a ini langsung dimakamkan tak menunggu lama sebagaimana proses pemakaman jenasa lainnya. 

Guncangan Gempa itu terhenti. Malam pun datang. Semua keluarga termasuk tetangga sekitar berkumpul di tempat kami, selain di pemukiman warga tadinya. Sekilo pun tak ada beras untuk menanak nasi. Keluargaku waktu itu kemudian merebus pisang. Di kampungku menyebut “Mu’u Ma”.

Hari pertama dan ke-2 kami belum dapat bantuan. Bantuan datang beberapa hari kemudian. Ada mie dan makanan jenis lain yang tak lagi saya ingat. Dalam kondisi gelap dan diterangi pelita dan dibantu terpal sebagai atap kami berlindung.

Mengingat 92, saya teringat sekolahku, teringat bola dan ruang kelasku. Terigat permainan kemiri, teringat Roly, Nodus dan Paseli, temanku. Teringat saudariku, orang tuaku, keluargaku dan rumahku. Teringat kematian Mama Du’a yang meninggal dunia dihantam batu.

Bencana mengingatkan kita pada sejarah kehidupan bahwa sesungguhnya hidup itu keras. Sesungguhnya alam itu keras dan hebat. Sesungguhnya kehidupan itu misteri YMK. Karenanya berhati-hatilah dan berjaga-jagalah dan selalu setia pada pemberi kehidupan. (Editing Admin).  


Share:

"Olahraga Tutup Tahun"



Share:

Pages

Generasi Muda

Generasi Muda

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

KRISTUS RAJA

KRISTUS RAJA