SUARA MATAHARI-Sahabat pembaca blog Suara Matahari, ini
merupakan coretan singkat yang menceritakan perjalanan liputan di wilayah
Kabupaten Sikka. Iya, seorang wartawan atau pun sejenisnya tidak hanya
bermodalkan medianya tetapi membutuhkan keberanian, nyali dan mentalnya saat
berada di lapangan.
Liputan di kampung-kampung yang berada di lereng bukit,
pegunungan, tebing dan jurang, membutuhkan keberanian seorang wartawan. Jalan
yang buruk, medan yang menguji nyali dan membahayakan harus didukung dengan
mental yang kuat. Jika tidak jangan memilih jadi wartawan dan bertugas di
desa-desa. Lebih baik kembali ke rumah dan berpikirlah untuk mencari pekerjaan
baru.
Wartawan perubahaan adalah wartawan harus turun ke desa. Turun
ke desa tidak untuk mencari makan dan minum bersama masyarakat miskin di desa
tetapi mengungkap fakta pembangunannya. Karena desa adalah tulang punggung
negara dan wartawan berada dalam pilar pembangunan Indonesia.
Di desa banyak sekali persoalan yang dilakukan oleh “orang
kota”. “Mereka-mereka yang ada di kota selalu saja membuat masalah”. “Suburnya masalah” di desa-desa dapat dilihat dari kepentingan politik para politisi. Di sinilah media (wartawan) diharapakan pekah
agar segala persoalan pembangunan dapat disampaikan dan ditindaklanjuti oleh
pengambil kebijakan.
Media (wartawan) jangan bungkam terhadap persoalan tapi harus terus menelusuri fakta. Fakta-fakta pembangunan harus dikupas secara
tuntas demi masyarakat desa. Masyarakat harus merasakan keadilan sebagai imbal
balik dari pajak yang dibayar setiap tahun. Media perubahan adalah media yang
jelih, kritis, berani, memiliki naluri perubahan dan keadilan. Wartawan perubahan
adalah wartawan yang pekah dengan persoalan masyarakat, tidak tidur di kota saja dengan berita-berita seremonial. (Admin-Bersambung).
No comments:
Post a Comment