SUARA
MATAHARI-Sahabat pembaca blog Suara Matahari, karena berkat YMK kita semua
kembali disajikan tulisan singkat ini.
Tulisan ini menjadi renungan singkat yang dikutip Admin pada misa Jumad Agung di Gereja Spiritu Santo Misir. Jumad Agung (25/03/2016) menjadi hari Suci ke-2 setelah Kamis Putih, (24/03/2016).
Pada misa Jumad Agung, Admin mengutip beberapa hal penting yang menjadi renungan kita bersama. Bahwa ada tiga hal yang membuat Yesus harus mati di Kayu Salib. Yang pertama, pengkianatan yang dilakukan oleh Yudas. Yudas adalah satu dari 12 murid Yesus. Mereka berkomitmen mengikuti Yesus namun Yudas berbalik belakang dan menjual Yesus. Alasan Yudas jelas yaitu demi perhitungan ekonominya.
Kedua adalah kesaksian palsu yang direkayasa oleh para imam-imam kepala Makamah Agama untuk mempertahankan kewibawaan dan popularitas pada waktu itu. Mereka merekayasa untuk menjatuhkan Yesus. Mereka tak mau ada raja baru yang menguasai mereka. Di sini timbul perbedaan dan melahirkan kekerasan terhadap Yesus.
Ketiga, adalah Pilatus yang mewakili kekuatan politik pada waktu itu yang berusaha mempertahankan kekuasaannya. Bahwa Yesus adalah guru dan menjadi teladan dalam menegakan keadilan dan kebenaran. Yesus mengampuni semua kesalahan manusia. Dia tidak bersalah namun kemudian harus mati di kayu salib.
Para iman beserta koleganya merasa terancam kekuasaan dan perangkat kebesaran demi lestarinya kewibawaan. Mereka kemudian memanipulasi peraturan dan mencari jalan pintas untuk menemukan “kesalahan Yesus” dan menghukumnya. Mereka kemudian menghadapkan Dia kepada pemerintah Romawi. Yesus jadi korban dan kemudian disalibkan karena mereka lebih melihat pada keuntungan pribadi.
Di sini Pilatus seakan-akan bertindak sebagai orang baik. Iya, sebenarnya Pilatus adalah orang baik yang berusaha membela Yesus. Pilatus berkata “Saya tidak menemukan kesalahan terhadap orang ini (Yesus,red)”. Di sini, Pilatus memakai dalil bahwa “Suara Rakyat Suara Tuhan”. Di mana ia didesak imam-imam dan pemuka agama saat itu untuk segera salibkan Yesus.
Sebagai manusia yang tetap ingin berkuasa, Pilatus tidak ingin jatuh dari kursi kekuasaan karena digugat oleh rakyatnya. Disini Pilatus mengambil sikap cuci tangan dalam arti tidak mau bertanggungjawab dan mengambil keputusan untuk “menolong” Yesus.
Yesus menjadi korban kekuasaan yakni kebencian, ketidakadilan, iri hati, egoisme dan ketidaksetiaan. Semua ini merupakan “kekuatan-kekuatan” yang masih merajalela di muka bumi ini. Untuk dosa-dosa itulah yang bertanggungjawab adalah Yesus melalui kematian-Nya.
Kita semua di sini berlutut dan menyembah salib Yesus, lambang keselamatan abadi. Sekalipun banyak orang sudah disalibkan namun salib ini merupakan Salib Yesus yang menjadi salib keselamatan. Di kayu salib tergantung Yesus Sang Juru Selamat kita. Dari salib-Nya mengalir rahmat penebusan. Tuhan mati karena dosa-dosa kita, demi pemulihan dosa-dosa kita.
Marilah kita menganggungkan salib Golgota. Marilah kita bersukacita karena penebusan, karena penebusan yang kita dapat lewat Salib Yesus Kristus. Mari kita semua berangkat ke tempat yang lebih dalam. Semoga kita dapat memaknai arti perayaan Jumad Agung dalam kehidupan kita sehari-hari. (Admin).
Tulisan ini menjadi renungan singkat yang dikutip Admin pada misa Jumad Agung di Gereja Spiritu Santo Misir. Jumad Agung (25/03/2016) menjadi hari Suci ke-2 setelah Kamis Putih, (24/03/2016).
Pada misa Jumad Agung, Admin mengutip beberapa hal penting yang menjadi renungan kita bersama. Bahwa ada tiga hal yang membuat Yesus harus mati di Kayu Salib. Yang pertama, pengkianatan yang dilakukan oleh Yudas. Yudas adalah satu dari 12 murid Yesus. Mereka berkomitmen mengikuti Yesus namun Yudas berbalik belakang dan menjual Yesus. Alasan Yudas jelas yaitu demi perhitungan ekonominya.
Kedua adalah kesaksian palsu yang direkayasa oleh para imam-imam kepala Makamah Agama untuk mempertahankan kewibawaan dan popularitas pada waktu itu. Mereka merekayasa untuk menjatuhkan Yesus. Mereka tak mau ada raja baru yang menguasai mereka. Di sini timbul perbedaan dan melahirkan kekerasan terhadap Yesus.
Ketiga, adalah Pilatus yang mewakili kekuatan politik pada waktu itu yang berusaha mempertahankan kekuasaannya. Bahwa Yesus adalah guru dan menjadi teladan dalam menegakan keadilan dan kebenaran. Yesus mengampuni semua kesalahan manusia. Dia tidak bersalah namun kemudian harus mati di kayu salib.
Para iman beserta koleganya merasa terancam kekuasaan dan perangkat kebesaran demi lestarinya kewibawaan. Mereka kemudian memanipulasi peraturan dan mencari jalan pintas untuk menemukan “kesalahan Yesus” dan menghukumnya. Mereka kemudian menghadapkan Dia kepada pemerintah Romawi. Yesus jadi korban dan kemudian disalibkan karena mereka lebih melihat pada keuntungan pribadi.
Di sini Pilatus seakan-akan bertindak sebagai orang baik. Iya, sebenarnya Pilatus adalah orang baik yang berusaha membela Yesus. Pilatus berkata “Saya tidak menemukan kesalahan terhadap orang ini (Yesus,red)”. Di sini, Pilatus memakai dalil bahwa “Suara Rakyat Suara Tuhan”. Di mana ia didesak imam-imam dan pemuka agama saat itu untuk segera salibkan Yesus.
Sebagai manusia yang tetap ingin berkuasa, Pilatus tidak ingin jatuh dari kursi kekuasaan karena digugat oleh rakyatnya. Disini Pilatus mengambil sikap cuci tangan dalam arti tidak mau bertanggungjawab dan mengambil keputusan untuk “menolong” Yesus.
Yesus menjadi korban kekuasaan yakni kebencian, ketidakadilan, iri hati, egoisme dan ketidaksetiaan. Semua ini merupakan “kekuatan-kekuatan” yang masih merajalela di muka bumi ini. Untuk dosa-dosa itulah yang bertanggungjawab adalah Yesus melalui kematian-Nya.
Kita semua di sini berlutut dan menyembah salib Yesus, lambang keselamatan abadi. Sekalipun banyak orang sudah disalibkan namun salib ini merupakan Salib Yesus yang menjadi salib keselamatan. Di kayu salib tergantung Yesus Sang Juru Selamat kita. Dari salib-Nya mengalir rahmat penebusan. Tuhan mati karena dosa-dosa kita, demi pemulihan dosa-dosa kita.
Marilah kita menganggungkan salib Golgota. Marilah kita bersukacita karena penebusan, karena penebusan yang kita dapat lewat Salib Yesus Kristus. Mari kita semua berangkat ke tempat yang lebih dalam. Semoga kita dapat memaknai arti perayaan Jumad Agung dalam kehidupan kita sehari-hari. (Admin).
No comments:
Post a Comment