Mencari Pemimpin Ideal Bukan Pekerjaan Mudah


Mencari Pemimpin Ideal

SUARA MATAHARI-Ketua Kerukunan Keluarga Besar Maumere (KKBM) di Kupang, Drs. Kristo Blasin beranggapan bahwa sulitnya menemukan pemimpin ideal. Mencari pemimpin ideal bukan sebuah proses yang mudah. Tidak semua orang mampu menjadi pemimpin ideal. 

Lihat saja, kondisi bangsa ini mengisyaratkan bahwa masyarakat hampir tidak percaya lagi dengan para pemimpin atau calon pemimpin. Berbagai masalah sedang terjadi, menggeroti mereka. Dari Makamah Konstitusi, sampai di daerah-daerah, terjadi persoalan dengan pemimpin. Hal ini membuat rakyat semakin bertanya-tanya, seperti apakah pemimpin ideal itu?

Krito Blasin mengatakan bahwa bangsa ini bisa dibangun dari daerah-daerah, tidak hanya dari pusat. Oleh karena itu, bagi masyarakat pemilih, harus paham dan mengerti apa yang dilakukan pemimpin ketika dipercayakan rakyat. Banyak tantangan atau  godaan yang mestinya harus dipelajari jauh-jauh hari sebelum menjadi pemimpin sebuah daerah.

“Menjadi pemimpin yang ideal, tentu tidak serta merta tumbuh begitu saja. Tapi melalui proses panjang. Butuh pembinaan, butuh pengkaderan. Ini dimaksudkan agar calon pemimpin paham akan kedudukan dan tugasnya,” katanya ketika membuka kegiatan seminar sehari di Pelita Hotel Maumere, Selasa/29/10/2013.

Kristo mengatakan, menjadi pemimpin, harus berani, harus memiliki prinsip dan komitmen pembelaan terhadap rakyat. Harus baik dan berguna bagi rakyat. Harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan/kreatif. 

“Menjadi pemimpin, melayani rakyat bukan melayani kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Ini problem yang sedang terjadi di bangsa ini, karena banyak orang  terjebak untuk kepentingan golongan. Mereka hanya membela kepentingan kampung halamannya” katanya. (sumber tabloid suara flores/Admin).

Share:

Cerita Kegagalan dan Prestasi Caleg




SUARA MATAHARI-Salah satu calon legislatif dari Partai K Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggar Timur, Iknatius mengatakan, menjadi pemimpin yang baik itu melalui proses panjang dan harus panjang sabar. Proses yang tumbuh dan hidup dari waktu ke waktu melalui kritik dan usul saran banyak otak. Dari sanalah karakter dan mental dibentuk sehingga yang tidak pura-pura menjadi orang baik, tanpa proses, melewati lika liku perjuangan dari masa ke masa. 

Di sana, ada pembinaan mental secara formal dan non formal. Baik, dilakukan di dalam organisasi maupun di luar oganisasi ataupun melalui diskusi-diskusi bersama masyarakat. Hal ini harus berjalan baik agar calon pemimpin mampu menjadi pelayan yang tidak pura-pura. Menurutnya, saat ini banyak sekali para pemimpin yang pura-pura merakyat, tapi "lupa" merakyat ketika dipercayakan rakyat. 
 
“Proses pendidikan politik dan pembinaan karakter saya jalani sejak tamat SMA. Saya masuk Partai K sejak tamat SMA. Dari organisasi lingkup kecil hingga organisasi lingkup luas, sudah, sedang dan akan terus saya jalani. Banyak pengalaman saya lalui, baik tantangan maupun keberhasilan,” akunya. 

Iknatius mengaku sudah 20 an tahun bergabung di Partai K adalah sangat cukup. Proses yang memberikan banyak pengetahuan. Komitmen untuk menjadi wakil rakyat pada lingkup yang lebih besar pun lahir. 

Ia pun diberikan kepercayaan untuk mengambil bagian dalam perhelatan politik legislatif. Proses berbicara bahwa tidak muda menjadi pelayan yang merakyat sehingga dirinya belum mendapat kesempatan mewakili rakyat.

"Proses ini menjadi pengalaman sangat berharga yang harus saya lalui. Saya bangga karena saya menjadi pelaku demokrasi yang mengajak saya untuk terus hadir di tengah masyarakat" katanya.

Iknatius bukan hanya anggota Partai K. Ia pun dipercayakan masyarakat memimpin sebuah perusahaan besar. Ia telah Menjadi kepala desa selama 9 tahun lebih. Dia juga menjadi pemimpin kelompok-kelompok tani di desa yang mengantarnya mewakili Kabupaten Sikka bertemu presiden SBY di istana Negara, menerima penghargaan terkait keberhasilan dalam mengelolah kelompok tani. 

Selain itu, Ia pun dipercayakan oleh anggota koperasi menjadi wakil ketua koperasi kredit Hiro Heling. Dia pun menjadi pengurus gereja yang telah berpuluh tahun. Masih banyak posisi tawarnya yang dikehendaki oleh masyarakat di Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka. Nama Iknatius boleh dikata tidak asing lagi bagi masyarakat di wilayahnya bahkan di luar.

Dengan berbagai pengalaman ini, ia yakin bahwa pemimpin yang baik dan berkualitas itu tidak lahir begitu saja. Tidak pura-pura lahir melainkan melalui proses. Oleh karena itu, dengan berbagai jaringan dan pengalaman organisasi yang saya geluti selama ini, saya percaya, rakyat mampu membedakan pemimpin yang pura-pura berkualitas, mencuri hak rakyat dan pemimpin yang matang dalam proses,” katanya ketika ditemui suaraflores.com, Senin/14/10/2013.

Dia mengatakan, begitu banyak dan begitu lama, para pemimpin atau wakil rakyat kita mengubar-ubar janji. Janji-janji hadir bagai embun yang datang di pagi hari, lalu hilang kala matahari bersinar. “Menjanjikan kepada masyarakat seakan-akan kabupaten sikka merupakan perusahaan pribadi yang dengan seenaknya mengambil dan memberi. Mari mendekatkan diri dengan masyarakat tanpa harus basa-basi dengan janji, karena janji adalah proses bual yang panjang dan sakit hati diterim masyarakat,” katanya tersenyum. (Admin).
Share:

Menanti Calon Pemimpin Yang Harmonis

SUARA MATAHARI-Banyak kepemimpinan di banyak wilayah di Indonesia tak mampu menciptakan kondisi yang harmonis hingga diakhir kepemimpinan. Pasangan pemimpin terlihat “saling sikut” yang diduga karena perbedaan pendapat atau kepentingan. Fakta ini dapat melahirkan carut marutnya pembangunan pada wilayah yang dipimpin sehingga pembangunan berpotensi berjalan lambat.

P. Nona, perempuan Flores NTT menegaskan bahwa kepemimpian yang demikian adalah ciri pemimpin yang mencari “keuntungan” personal. Mereka saling gontok-gontokan karena kepentingan personal, kelompok atau golongannya tidak terpenuhi. Atau tidak adanya keadilan dalam pembagian jatah karena yang lain merasa lebih “berjasa” atau lebih besar pengorbanannya. Hal ini menimbulkan perbedaan pendapat atau saling bertolak berlakang, saling cuek atau malas tahu untuk saling menanggapi. Sisi lain, dapat disimpulkan karena perbedaan pemahaman dalam pengambilan kebijakan dalam pembangunan.

“Ciri pemimpin seperti ini harus dihindari. Rakyat (pemilih,red) harus memahami dan mencaritahu karakter calon pemimpin karena pemimpin yang dipilih harus menyerahkan diri sepenuhnya melalui pembangunan yang harmonis. Saya berharap, siapapun calon pemimpinnya harus melepaskan sikap egois dan gontok-gontokan yang merugikan rakyat” ungkap Nona kepada Admin dalam sebuah diskusi lepas.

Oleh karena itu, kata dia, para pemilih harus mampu keluar dari kondisi ini dengan melihat pemimpin berciri harmonis. Pasangan pemimpin tidak menghabiskan masa jabatannya dengan urusan pribadi atau golongan tetapi serius dan mampu “mendiagnosa” wilayah yang di pimpin. (Admin). 
Share:

Ciptakan Anak Yang Cerdas, Cerdas Pasti Pintar




SUARA MATAHARI-Kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan mengharapkan agar para guru dan orang tua di Indonesia harus mampu menciptakan anak-anak yang cerdas. Bahwa anak-anak yang cerdas adalah anak-anak yang pintar. Anak-anak yang pintar belum tentu cerdas. Karena itu pola makan anak-anak harus menjadi perhatian khusus bagi orang. Para guru pun harus selalu memberi perhatian kepada orang tua agar dapat mengatur pola maka bagi anak-anak. 
Share:

Pola Makan Dan Kualitas Pendidikan Anak


SUARA MATAHARI-Untuk mendorong kualitas pendidikan anak dibangku sekolah dan di rumah maka harus ada kerjasama antara orang tua dan guru. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat pendidikan yang berkualitas dan harus didukung dengan nalar pendidik yang sehat pula. Nalar yang sehat dibutuhkan konsumsi makanan yang teratur dan sehat pula. 

Kata Wakil Bupati Sikka, Paolus Nong Susar dalam setiap kesempatan bertemu dengan para pelajar dan orang tua di Kabupaten Sikka. Menurut Nong Susar, perhatian terhadap dunia pendidikan melalui anak-anak harus menjadi tugas pokok orang tua dalam memenuhi hak-hak anak seperti mengkongsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Bahwa melalui pola makan-makanan yang sehat dan bergizi, anak-anak sebagai generasi penerus akan menjadi lebih baik cara berpikir mereka.

“Asupan makan dapat memengaruhi otak anak-anak maka mari kita perhatikan pola makan bagi anak-anak kita. Pastikan mereka makan pagi setiap sebelum ke sekolah. Makan pagi harus seperti raja sehingga mereka tidak lapar, ngantuk di sekolah yang mengakibatkan otak mereka tidak menyerapkan pelajaran” harap Nong Susar.

Nong Susar menjelaskan bahwa ada 4 kecerdasan yang harus dimiliki oleh anak-anak antara lain, emosional, spiritual dan intelektual, phisikal. Dari 4 bentuk kecerdasan ini, kecerdasan phisikal menjadi kunci untuk melaksanakan kecerdasan lainnya.

“Kita cermati budaya atau tradisi kita ketika bangun pagi tidak makan langsung ke sekolah. Sumber daya kita akan lebih baik jika kita makan pagi yang teratur. Setiap anak murid sebelum ke sekolah harus makan pagi. Makan pagi sangat penting bagi kesehatan otak. Ada istilah kesehatan menyebutkan bahwa makan pagi bagaikan raja, makan siang bagai pekerja, makan malam bagaikan pengemis.

“Karena itu, saya menghimbau kepada semua guru untuk menyampaikan kepada orang tua murid agar menyediakan makan pagi yang lengkap bagi anak-anak” harap Mantan Wakil Rakyat Sikka ini.   

Hal lain ditekankan oleh, salah seorang aktivis kesehatan, bahwa bicara tentang kesehatan, tidak ada istilah beras habis, jagung habis atau lainnya. Tetapi yang kita bicarakan adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral. Air, kita butuhkan setiap saat. Jangan lupa minum air. Makan-makanan yang berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

Berbicara kualitas pendidikan, kata dia, kita dihadapkan dengan kualitas kesehatan. Anak tidak makan pagi lalu ke sekolah tentu saja lapar bahkan ngantuk. Kalau lapar dan ngantuk maka anak tidak kosentrasi untuk menerima materi yang diajarkan oleh guru-gurunya. “Makan pagi harus teratur, harus lengkap. Makan pagi memberikan energi pertama dalam menjalankan aktifitas” jelasnya.

Sedangkan makan siang melanjutkan kerja pagi. Makanlah secukupnya, jangan membiarkan dirimu kelaparan. Kalau makan malam bagai pengemis, artinya kita makan seadanya. Makan apa adanya. Pada malam hari, kita tidak makan juga tidak apa-apa. Karena malam hari kita tidak aktifitas lain lagi atau energi yang dibutuhkan pada malam hari hanya untuk bernapas. Cukup minum air putih. Akan tetapi jika ada aktifitas rutin yang dijadwalkan maka siapkan makanan secukupnya untuk mampu beraktifitas pada malam hari. (Admin).
Share:

Perempuan Diantara Adat Dan Modernitas



SUARA MATAHARI-"Belis”, satu kata yang mengandung berjuta makna, tergantung cara pandang masing-masing insan Tuhan.  Belis, sebuah kata yang tak asing lagi bagi masyarakat NTT. Ketika kata tersebut terngiang di telinga kita, tak perlu lagi mendefinisikannya secara rinci. Dengan sendirinya dapat dimengerti dan dipahami oleh akal. Begitu cepatkah kata belis terserap dalam pemikiran kita? Ya, itu fakta, dan secara logika, kata tersebut seakan telah terasionalisasi dalam otak kita dan mengakar dalam kebudayaan secara turun temurun.
  
Tak jarang, ketika sedang duduk-duduk dipinggir jalan, maupun berjalan di trotoar, pemandangan yang sudah lazim, terkadang melintas di depan mata kita. Antara mobil truk dan mobil pick up, melaju beriringan bermuatkan beberapa ekor kuda, kambing, babi, beberapa karung beras, beraneka macam buah-buahan. Bahkan beberapa lelaki yang sudah berumur mengenakan kain adat  khas Sikka pun turut di dalamnya sambil memainkan gong waning (alat musik orang daerah). Tak perlu bertanya lagi, “Ada apa gerangan?”, karena jawabannya pasti “Belis”.

Belis serta dampaknya dalam pernikahan memiliki hubungan yang sangat erat dan  penting. Tak dapat dipungkiri lagi, belis telah menjadi persoalan keluarga  yang bersangkutan dan bahkan menjadi perhatian masyarakat kabupaten Sikka pada umumnya.

Secara sederhana, kita pastinya sepakat bahwa seorang lelaki dewasa yang ingin mempersunting wanita pujaannya, wajib bertanggung jawab kepada keluarga wanita terkhususnya orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan sang wanita dengan kasisayang. Sikap tanggung jawab ini, oleh masyarakat Kabupaten Sikka ditunjukkan melalui pemberian belis kepada orangtua wanita yang dianggap sebagai imbalan balas budi terhadap jasa orangtua wanita.

Namun mengapa pemberian belis seringkali disalah artikan oleh sejumlah besar masyarakat? Seringkali, dengan adanya belis, muncul berbagai persepsi keliru, diantaranya; harkat dan martabat calon mempelai wanita disepelekan, serta keluarga wanita seringkali dikucil. Keluarga prialah yang menganggap paling berperan. Paling fatal adalah ketika masyarakat Sikka berasumsi bahwa belis telah dijadikan sebagai objek komersialisasi terhadap wanita.

Tidak hanya menyangkut pandangan serta asumsi masyarakat, belis juga berdampak lanjut dalam kehidupan berkeluarga. Dan hal fatal yang sering terjadi adalah ketika kurangnya pemahaman dari suami yang beranggapan bahwa istrinya telah ‘dibeli’ menggunakan belis, maka apapun yang suami lakukan, itu adalah wewenang suami sebagai kepala rumah tangga. Kata “kepala” dalam kalimat kepala rumah tangga yang definisinya telah disalah artikan oleh suami telah menyebabkan banyak penderitaan bagi istri dalam kehidupan perkawinan baik dari segi fisik maupun psikologis. Seorang kepala rumah tangga seringkali bertindak seturut kemauan hatinya. Dia memerintah istri sewenang-wenang, bertindak kasar bahkan main tangan jika tidak menuruti kemauannya, dan seringkali  istri dijadikan  budak  nafsu  oleh  suaminya.

Wanita seringkali dianggap sebagai makhluk Tuhan kelas dua yang lemah dan tak berdaya, seringkali tidak diberikan hak dalam mengambil sebuah keputusan.  Namun demikian, seluruh pekerjaan rumah tangga dibebankan kepada wanita, wanita bagai gurita yang memiliki banyak tangan. Menunaikan tugas bersifat rangkap. Mulai dari mengandung, melahirkan anak, memelihara atau membesarkannya, serta mengurusi segalah pekerjaan  internal  rumah tangga.

Bukankah dalam pernikahan suci, kedua insan yang telah dipersatukan oleh Tuhan harus saling menyayangi dan menghargai?  Pernikahan suci adalah sebuah alat pemersatu dua insan yang berbeda. Berbeda berarti memiliki kekurangan dan kelebihan, baik dalam sifat, kemampuan, cara memandang suatu masalah, cara bernalar, cara menempatkan diri hingga cara membangun relasi yang baik dengan sesama. Karena tiada manusia yang sempurna, maka hendaknya dengan perbedaan yang ada, suami dan istri berusaha saling melengkapi dengan kasih sayang. Semakin suci perkawinan, seharusnya semakin pekah terhadap keretakan-keretakan yang mencuat.

Kaum adam yang telah menjadi seorang suami hendaknya menghargai perkawinan suci tersebut dengan jalan menghargai hawanya. Wanita sering ditindas, serta selalu menjadi mangsa keganasan. Mungkin karena sifat mereka yang lemah lembut, maka golongan ini sering dijadikan alat untuk melepaskan geram atau hawa nafsu.    

Wahai kaum adam, tidakkah pernah terpikirkan oleh kalian akan hal ini. Bahwa dalam perkawinan, seorang wanita mengubah namanya, meninggalkan rumah serta keluarga yang dicintainya untuk mengikutimu. Kemudian mendirikan rumah bersama-sama dan mengandung anak untukmu. Kehamilan menghancurkan tubuhnya. Ia menjadi gemuk, tubuhnya tak seindah saat ia belum menjadi istrimu. Dan hampir menyerah dalam perjuangannya yang penuh penderitaan dan kesakitan yang dilaluinya saat melahirkan.

Selain itu, wanita selalu bangun tengah malam untuk menyusui anak yang menangis kehausan, dikala dirimu mengabaikan dan melanjutkan tidurmu. Membuat matanya sayu dan pipinya cekung serta badannya kurus karena kurang tidur. Dan pada hari ia menutup mata, semua yang ia lakukan semata-mata menguntungkan kaum adam. Jadi, apakah hidup seorang wanita harus dikorbankan untuk kepentingan kaum adam?  Masihkah dipandang sebagai makhluk kelas?

Selain disebabkan oleh pemahaman keliru, peran belis juga dapat berpengaruh. Namun tidak semata-mata menyalahkan belis sebagai penyebab penindasan wanita dalam kehidupan rumah tangga, apalagi berusaha meniadakannya dalam sistematika dan struktural kehidupan. Karena belis adalah adat yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang, dan karena adat istiadat juga tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan kembali, melainkan perlunya inovasi untuk melestarikannya agar tak terkikis oleh egonya modernisasi.

Perlu dilakukan adalah bagaimana mengubah pola pemikiran masyarakat yang sempit serta keliru akan fungsi dan makna dari belis itu sendiri, baik dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam membangun relasi antar keluarga pria dan wanita.

Cinta memang tidak diukur dari barang namun perlu adanya penghargaan terhadap keluarga wanita melalui belis. Belis merupakan bukti pertanggungjawaban seorang lelaki yang ingin mempersunting wanita yang dipujanya. Belis hendaknya dijadikan sebagai alat mempererat dan mempersatukan  hubungan kedua  rumpun keluarga. Hal itu dilakukan agar terciptanya suasana harmonis dan saling mengerti.

Oleh  sebab itulah, marilah kita memutuskan mata rantai polarisasi pemikiran yang keliru mengenai  derajat wanita. Benazir Bhutto, seorang perempuan pertama yang memimpin sebuah Negara Islam di era modern. Selama berkuasa, ia berusaha memperbaiki nasib perempuan dan lapisan termiskin di Pakistan. Wanita yang tak kalah gigihnya adalah Mary Wollstonecraft yang merupakan perintis politik feminis yang secara berani menolak berbagai batasan dan nilai yang diterapkan bagi kaum perempuan dan cara hidupnya oleh masyarakat Inggris pada abad kedelapan belas. Tulisan dan perilakunya menimbulkan amarah di masanya, namun ia diakui sebagai pionir dalam perjuangan hak-hak perempuan.

Di Indonesia, Megawati Soekarnoputri adalah sosok perempuan dengan pencapaian politik tertinggi yakni menjadi presiden kelima RI (periode 23 Juli 2001-20 Oktober 2004) dan menempati posisi kedelapan dalam daftar 100 wanita terkuat di dunia. Telah banyak wanita-wanita di dunia yang berani memperjuangkan haknya dan tak pernah mau mendiami ketakberdayaan aturan yang dibelenggu ego dengan kepatuhan semata.

Di zaman modern ini, janganlah masih ada lelaki yang beranggapan bahwa tempat wanita hanyalah di sumur, di dapur dan di kasur. Sudah waktunya wanita harus bangkit dan membuktikan bahwa tempat wanita adalah dunia yang terbentang luas, dimana wanita akan selalu berpacu dalam waktu, membiarkan mimpinya mengembara dan bertransformasi menjadi kenyataan yang telah dicita-citakannya di era modernisasi. Wanita diciptakan berpola pikir intuitif dan konkret bukan untuk diambil hak berpendapatnya dan menjadikannya hanya sebagai pelaksana keputusan, melainkan turut serta menyertakannya dalam pengambilan keputusan. Wanita diciptakan dari rusuk adam bukan untuk ditempatkan dalam posisi yang lebih rendah (subordinat) melainkan setara dan sederajat. Tubuh wanita diciptakan indah serta  lemah gemulai bukan untuk  dikasari melainkan dikagumi.  Wanita diciptakan lemah lembut bukan untuk dijadikan sebagai mangsa keganasan dan penindasan, melainkan untuk dicintai. Hargailah wanita, karena  wanita dilahirkan untuk mengubah airmata menjadi senyuman. Dengan lain kata, wanita mendekatkan surga ke bumi. ***

*Penulis: Siswa Kelas I SMAK Frater Maumere. Peraih Juara I Lomba Karya Tulis Divisi Perempuan Tim Relawan Untuk Kemanusiaan Flores (TRuK-F) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. (Sumber: Suara Flores).
Share:

Pages

Generasi Muda

Generasi Muda

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

Bunda Segala Bangsa Nilo. Salah satu lokasi shooting film tiga dara

KRISTUS RAJA

KRISTUS RAJA