SUARA
MATAHARI-Banyak kepemimpinan di
banyak wilayah di Indonesia tak mampu menciptakan kondisi yang harmonis hingga
diakhir kepemimpinan. Pasangan pemimpin terlihat “saling sikut” yang diduga
karena perbedaan pendapat atau kepentingan. Fakta ini dapat melahirkan carut
marutnya pembangunan pada wilayah yang dipimpin sehingga pembangunan berpotensi
berjalan lambat.
P. Nona, perempuan Flores NTT menegaskan bahwa
kepemimpian yang demikian adalah ciri pemimpin yang mencari “keuntungan”
personal. Mereka saling gontok-gontokan karena kepentingan personal, kelompok atau
golongannya tidak terpenuhi. Atau tidak adanya keadilan dalam pembagian jatah
karena yang lain merasa lebih “berjasa” atau lebih besar pengorbanannya. Hal
ini menimbulkan perbedaan pendapat atau saling bertolak berlakang, saling cuek
atau malas tahu untuk saling menanggapi. Sisi lain, dapat disimpulkan karena
perbedaan pemahaman dalam pengambilan kebijakan dalam pembangunan.
“Ciri pemimpin seperti ini harus dihindari.
Rakyat (pemilih,red) harus memahami dan mencaritahu karakter calon pemimpin karena
pemimpin yang dipilih harus menyerahkan diri sepenuhnya melalui pembangunan yang harmonis. Saya berharap, siapapun calon
pemimpinnya harus melepaskan sikap egois dan gontok-gontokan yang merugikan
rakyat” ungkap Nona kepada Admin dalam sebuah diskusi lepas.
Oleh karena itu, kata dia, para pemilih harus
mampu keluar dari kondisi ini dengan melihat pemimpin berciri harmonis. Pasangan
pemimpin tidak menghabiskan masa jabatannya dengan urusan pribadi atau golongan
tetapi serius dan mampu “mendiagnosa” wilayah yang di pimpin. (Admin).